Tren Digital Marketing 2025: Siap-siap Jadi yang Terdepan!
Perubahan di dunia digital nggak ada habisnya, bro! Di 2025, tren digital marketing bakal makin seru dengan teknologi baru, strategi fresh, dan cara-cara unik buat ningkatin interaksi sama audiens. Dari kecerdasan buatan (AI) sampai optimasi mesin pencari generatif (GEO), semuanya bakal bikin permainan marketing makin menarik. Yuk, kita bahas tren-tren yang wajib kamu siapin!
Nggak bisa dipungkiri, kecerdasan buatan (AI) punya dampak besar banget di pemasaran digital. Alat dan platform baru terus bermunculan dan berkembang yang bisa bantu banyak aspek dari pekerjaan kita. Tapi, ini bukan satu-satunya perubahan yang dihadapi marketer.
Anggaran pemasaran turun di tahun 2024, dan tantangan ini bakal terus berlanjut sampai 2025. Artinya, tim pemasaran harus bisa melakukan lebih banyak dengan sumber daya yang lebih sedikit, tapi tetap harus mencapai kinerja yang diharapkan.
Makanya, penting banget buat tahu apa yang akan datang! Ini nggak cuma bikin kita tetap up-to-date dengan perkembangan pemasaran digital, tapi juga bisa bantu kita lihat peluang buat memanfaatkan saluran atau taktik tertentu biar bisa unggul dari pesaing (dan bikin pekerjaan kita sedikit lebih mudah).
Dalam analisis tren pemasaran digital tahun 2025, kita bakal eksplorasi lima area utama berikut ini:
- Media sosial: persaingan antara X, BlueSky, dan Threads, peningkatan konten yang dihasilkan karyawan, dan kenapa konten pelanggan lebih penting daripada influencer.
- AI: penggunaan teknologi secara efektif buat menghindari kelelahan AI, peningkatan agen AI, dan bagaimana AI mengubah e-commerce dan kampanye iklan kita.
- Keterampilan pemasaran digital: nilai keterampilan lunak yang semakin meningkat, kebutuhan buat memperbaiki keterampilan dan pengetahuan AI, serta pentingnya memperluas pengetahuan di luar pemasaran.
- Tren pemasaran pencarian: pentingnya pencarian media sosial, optimisasi pencarian suara, dan peningkatan optimisasi mesin generatif (GEO).
- Pemasaran konten: keberhasilan konten yang dihasilkan AI dan manusia, pentingnya konten lama, dan peningkatan segmen audiens baru – Gen Alpha (orang yang lahir setelah tahun 2010).
Sebelum itu, kalau kamu tertarik dengan Digital Marketing, kamu bisa masuk ke link topik Digital Marketing di blog Dafi Deff ini.
Tren Media Sosial
Pengguna media sosial itu setia banget, mereka menghabiskan rata-rata 2 jam 19 menit per hari di 6,8 platform berbeda. Ini setara dengan 14% dari waktu bangun mereka menurut Datareportal.
Ini adalah audiens yang layak mendapat perhatian dari setiap pemasar. Dan ini memberi merek kesempatan untuk terhubung dengan pelanggan dari setiap demografi secara besar-besaran.
Jadi, mari kita lihat apa yang harus diperhatikan di tahun 2025.
Pertarungan Platform Real-Time
Platform seperti Threads dan BlueSky lagi ngegas, sementara X (dulu Twitter) makin kehilangan daya tarik. Threads, dengan 275 juta pengguna, jadi tempat buat diskusi seru dan konten organik. Sementara itu, BlueSky menarik perhatian dengan komunitas tanpa iklan yang lebih personal.
Popularitas X udah mulai menurun dan udah banyak dibahas. Sekarang, ada dua platform media sosial – BlueSky dan Threads – yang mulai naik daun karena banyak orang dan perusahaan cabut dari X (alasannya karena konten yang jelek, interaksi rendah, dan masalah moderasi).
BlueSky dibuat sama pendiri X sebelumnya, Jack Dorsey, dan menarik pengguna yang suka ruang bebas iklan, kontrol konten, dan komunitas niche. Platform ini juga gampang dipakai dan bertujuan jadi "rumah yang bagus buat jurnalis, penerbit, dan kreator".
"Meskipun BlueSky banyak diperhatikan, mereka baru punya 24 juta anggota di seluruh dunia. Itu bukan angka yang besar, jadi kita harus terus lihat apakah jumlah itu bakal nambah tahun depan, yang gue yakin bakal terjadi," kata Alison Battisby, Pendiri Avocado Social dalam webinar tren DMI.
Threads dari Meta juga memposisikan dirinya sebagai platform buat memberdayakan kreator konten. Jumlah penggunanya terus naik tahun ini dan sekarang udah mencapai 275 juta pengguna – hampir sepuluh kali lebih banyak dari BlueSky!
Penggemar media sosial suka Threads karena gampang dipakai dan memungkinkan orang buat nanya, diskusi, atau bercanda (kayak yang dulu dilakukan X). Selain itu, ada peluang buat perusahaan lewat konten organik, dengan potensi peluang berbayar di masa depan.
"Begitu Threads mencapai satu miliar pengguna, mereka berencana buat monetisasi lewat iklan. Ada perkembangan besar [di platform] tahun ini, dengan fitur baru hampir setiap hari; feed yang bisa disesuaikan, beberapa konten list style, dan topik tren algoritma. Jadi mereka kerja keras buat jadi pesaing yang layak buat X," kata Alison Battisby.
Tip ahli: Brand yang tampil terbaik di Threads adalah yang memposting konten teks aja yang lucu atau edukatif karena memberi pengguna media sosial istirahat dari banyaknya konten video di platform lain.
Kebangkitan Employee Generated Content (EGC)
Konten dari karyawan makin booming! Ini jadi strategi ampuh buat ningkatin kepercayaan dan transparansi. LinkedIn, yang diprediksi punya 800 juta pengguna di 2025, jadi tempat paling oke buat strategi ini.
Employee advocacy itu lebih dari sekadar tren. Ini strategi keren buat manfaatin suara individu di perusahaan kamu buat bangun brand, connect sama audiens, sorotin isu sosial, dan bahkan bantu capai tujuan bisnis.
Ini terutama berlaku di LinkedIn, platform sosial yang pas banget buat karyawan dan bos buat share konten yang dibuat karyawan (EGC). Jaringan B2B ini terus tumbuh tiap tahun dan diprediksi bakal tembus 800 juta pengguna di tahun 2025.
“LinkedIn itu platform yang sering kurang dimanfaatin atau dihargai. LinkedIn organic bener-bener ngehasilin banyak buat gue. Setiap panggilan prospek gue bilang mereka denger tentang gue di LinkedIn dan newsletter mereka juga jalan banget,” kata Peter Murphy Lewis di podcast tren DMI yang akan datang.
Seiring dengan meningkatnya keinginan konsumen buat transparansi dari perusahaan – 94% lebih mungkin setia ke brand yang sepenuhnya transparan, menurut Forbes – konten yang dibuat karyawan (EGC) nunjukin kisah nyata orang-orang yang kerja di perusahaan tersebut.
Alison Battisby percaya bahwa “jenis konten ini sangat populer karena nunjukin orang-orang yang relatable banget. Mereka adalah perspektif yang tulus dan ini memungkinkan lebih banyak wajah dan cerita buat diceritain dari balik layar brand.”
Tips dari ahli: Hindari bikin EGC yang terlalu skrip. Konten harus terasa alami dan menghibur.
Berkolaborasi dengan Pelanggan lewat Key Opinion Consumer (KOC)
Banyak brand mulai ninggalin influencer gede dan fokus ke komunitas pelanggan setia. Dengan melibatkan mereka, brand bisa dapetin konten autentik yang lebih relevan dan relatable.
Walaupun influencer marketing masih booming, banyak perusahaan mulai cari cara lain buat engage sama pelanggan mereka.
Lebih dari sekadar user-generated content (UGC), beberapa brand sekarang kolaborasi langsung sama pelanggan mereka dengan pendekatan community-first. Hasilnya, konten yang dibuat pelanggan bisa dipakai buat iklan atau ditampilkan di feed organik brand.
“Di tahun 2025, kita bakal lihat brand mulai ninggalin influencer besar dan lebih fokus nurtur (pemeliharaan prospek) komunitas mereka. Brand bakal lebih banyak investasi buat nurtur hubungan sama pelanggan setia, followers yang loyal, orang-orang yang selalu login buat engage atau nonton video dan story mereka. Kita bakal lihat lebih banyak konten kolaboratif,” kata Alison Battisby.
Brand kecantikan REFY udah mulai pake pendekatan ini dan baru-baru ini ngadain retreat eksklusif di villa bermerk di Mallorca buat anggota komunitas terdekat mereka. Ini nggak cuma bantu bangun koneksi dengan anggota, tapi juga nunjukin REFY sebagai brand yang stylish dan aspiratif.
Tips dari ahli: Pertimbangkan buat investasi di komunikasi pribadi dengan fans VIP. Ini bisa berupa channel broadcast dan konten live buat ngundang pelanggan ikut pengumuman eksklusif, wawancara, dan promosi.
Tren AI dan Digital Marketing
Artificial intelligence (AI) sekarang udah jadi bagian penting dari marketing, mau kamu pake banyak tools atau nggak. Teknologi ini udah terintegrasi di banyak sistem yang dipake marketer, kayak media sosial, platform manajemen hubungan pelanggan (CRM), dan mesin pencari.
Riset dari Marketing Week nemuin bahwa 54% marketer sekarang pake AI dalam pekerjaan mereka. Ini naik signifikan dari tahun lalu, di mana cuma sekitar sepertiga (37%) yang pake teknologi ini.
Sekarang bukan lagi soal apakah kamu harus pake AI, tapi lebih ke alat atau platform AI mana yang bisa bantu ningkatin tugas harian kamu dan peran kamu. Jadi, apa aja tren AI yang perlu kamu tahu di tahun 2025?
Beberapa tren AI yang diprediksi bakal mendominasi tahun 2025 antara lain:
- AI Agen 2.0: AI yang bisa ngelola tugas kompleks secara real-time, kayak koordinasi event atau manajemen armada.
- Personalisasi yang Lebih Canggih: AI bakal makin jago dalam personalisasi konten buat audiens.
- Otomatisasi Tugas Rutin: AI bakal makin banyak dipake buat otomatisasi tugas-tugas rutin.
- Integrasi AI yang Lebih Luas: AI bakal makin terintegrasi di berbagai platform dan alat marketing.
Hindari Kelelahan AI
Meskipun AI bantu efisiensi kerja, kalau dipakai berlebihan bisa bikin lelah. Pastikan AI cuma dipakai buat tugas-tugas yang bener-bener penting dan meningkatkan produktivitas.
Perkembangan dan adopsi AI di berbagai industri bikin para marketer harus cepat beradaptasi.
Mereka harus berurusan dengan teknologi baru ini karena manajemen mendorong mereka untuk menggunakan AI agar lebih efektif, efisien, dan produktif – janji yang sering disebut-sebut oleh media.
Tapi kenyataannya, belajar menggunakan AI dengan benar butuh waktu! Ini juga bisa bikin kerjaan marketer jadi lebih banyak karena mereka harus cari tahu cara kerja atau pakai berbagai alat atau platform untuk hasil terbaik.
Ini mengakibatkan AI fatigue – rasa lelah terhadap teknologi. Tugas pemimpin marketing dan tim mereka adalah mencari tahu tugas apa yang bisa dibantu AI, bukan malah bikin kerjaan atau tantangan baru.
“Daripada melihat AI sebagai pandangan distopia seperti yang dikatakan Elon Musk tentang robot yang mengambil pekerjaan kita, mereka akan melakukan tugas untuk kita. Mereka tidak terlalu kreatif. Mereka tidak terlalu strategis. Mereka tidak beroperasi dengan baik dengan informasi yang sedikit. Ada beberapa model yang semakin baik, tapi mereka tidak bisa berpikir seperti kita,” kata Jim Lecinski, Profesor Klinis Pemasaran di Kellogg School of Management di podcast tren DMI.
Tips dari ahli: Ambil pandangan menyeluruh tentang perusahaan untuk menemukan area atau proses yang bisa diuntungkan dari AI. Ini akan membebaskan waktu marketer untuk fokus pada elemen yang lebih kreatif dan strategis.
Perkembangan Agen AI
Agen AI, kayak ChatGPT, sekarang bisa ngejalanin kampanye otomatis, mulai dari ngumpulin data sampai uji coba A/B. Ini bikin pengambilan keputusan jadi lebih cepat dan efektif.
AI itu serangkaian teknologi kompleks, dan kemampuannya bikin AI bisa ngontrol sistem lain jadi AI agents.
AI agent adalah program software yang bisa berinteraksi dengan lingkungannya, ngumpulin data, dan pake data itu buat ngerjain tugas untuk mencapai tujuan dengan milih tindakan terbaik.
“Tahun 2025 adalah tahun di mana AI nggak cuma ngomong, tapi juga ngelakuin sesuatu lewat agen-agen AI,” jelas Brian Corish, Experience Architect di Accenture Interactive. “Misalnya, sebelumnya kamu bisa pake ChatGPT buat bikin konten, terus kamu harus copy-paste konten itu atau translate. Sekarang [ChatGPT] bakal jalanin seluruh kampanye, buka dan ngontrol platform berbeda, bahkan A-B test konten.”
Tips dari ahli: Gunakan AI agents buat ngambil dan analisis data dari Google Analytics atau Meta, bikin laporan, dan kirim ke tim setiap pagi buat ngukur performa kampanye. Ini bikin marketer bisa fokus ke kampanye yang berhasil dan tweak atau tinggalkan yang nggak berhasil.
Transformasi Ecommerce
AI bikin pengalaman belanja makin personal dengan rekomendasi cerdas, chatbot, dan pencarian visual. Belanja online jadi makin gampang dan efisien.
AI bener-bener ngubah e-commerce dengan bikin brand retail bisa ningkatin pengalaman pelanggan, streamline proses bisnis, dan kasih pengalaman omnichannel yang mulus.
Beberapa cara efektif AI bisa ningkatin e-commerce antara lain:
- Rekomendasi yang Dipersonalisasi: Gunakan AI buat analisis riwayat pembelian, perilaku pelanggan, dan preferensi buat kasih rekomendasi produk yang sangat personal.
- Chatbot dan Asisten Virtual: Chatbot bertenaga AI bisa menangani pertanyaan pelanggan, kasih dukungan, dan pandu pengguna dalam pembelian.
- Harga Dinamis: Kamu bisa sesuaikan harga secara real-time pake algoritma AI berdasarkan permintaan, persaingan, perilaku pelanggan, dan variabel lain buat maksimalkan profitabilitas.
- Pencarian Visual: Pelanggan bisa upload gambar buat cari produk serupa buat pengalaman belanja yang lebih intuitif.
- Voice Commerce: Integrasi dengan asisten suara kayak Alexa atau Google Assistant bikin pelanggan bisa belanja lewat perintah suara.
- Segmentasi Pelanggan: AI bisa ngelompokkan pelanggan berdasarkan pola data buat memungkinkan kampanye pemasaran yang ditargetkan.
- Deskripsi Produk dan Pembuatan Konten: Otomatisasi pembuatan deskripsi produk buat hemat waktu dan konsisten.
- Analisis Sentimen: Analisis ulasan dan feedback buat ngerti sentimen pasar dan ningkatin produk atau layanan.
- Otomatisasi Email dan Pemasaran: Gunakan alat AI buat optimalkan kampanye email dengan analisis perilaku pengguna buat tentuin waktu, konten, dan frekuensi terbaik.
- Iklan yang Sangat Dipersonalisasi: AI memungkinkan kampanye iklan yang ditargetkan yang disesuaikan secara real-time berdasarkan interaksi dan preferensi pengguna.
“Antarmuka e-commerce di tahun 2025 bakal berkembang pesat dengan AI,” kata Jim Lecinski. “Misalnya, kalau gue mau upload undangan pernikahan ke situs pakaian fashion dan bilang ini pakaian semi-formal. Gue punya kartu Visa, kamu tahu anggaran gue, kamu tahu di mana gue tinggal, kamu tahu tanggal pernikahannya; cariin gue pakaian semi-formal yang sesuai ukuran gue.”
AI Memberi Pengiklan Lebih Banyak Kontrol
AI bisa ningkatin kampanye iklan dengan mengoptimalkan berbagai aspek dari proses periklanan, bikin lebih efisien, efektif, dan sesuai dengan target audiens.
“Gue pikir bakal ada lebih banyak kampanye berbasis machine learning yang ngerjain tugas berat kayak di Meta, ada kampanye belanja Advantage Plus, ada kampanye Performance Max. Jadi, lebih gampang buat orang maintain dibanding kampanye iklan di masa lalu,” kata Nikki Lindgren, Founder dan Managing Partner Pennock di podcast DMI.
Dengan menggunakan AI, pengiklan bakal dapet lebih banyak kontrol, jadi marketer dengan pemikiran strategis terbaik bakal dapet nilai paling besar. Saat ini, susah buat tahu apakah uang kamu dihabiskan di Gmail atau iklan misalnya.
AI bakal bantu kasih visibilitas lebih baik, jadi kamu bisa balik ke AI dan bilang buat berhenti ngabisin banyak di Gmail kalau audiens kamu nggak konversi di sana. Gimana kalau coba Google Maps?
Kemampuan dan Tren Pekerjaan Digital Marketing
Skill yang dibutuhkan marketer selalu berkembang buat ngikutin lingkungan internal dan eksternal.
Gak heran kalau skill AI jadi yang paling penting di tahun 2025. Tapi bukan cuma soal pake semua alat atau platform AI baru, lebih ke fokus ke yang bener-bener penting buat peran kamu dan bisa bantu sukses bisnis.
Itulah kenapa 54% CMO dan pemimpin marketing nyebut ‘pengembangan strategi AI dan AI dalam digital marketing’ sebagai skill utama yang tim mereka kurangin dalam laporan 2024 Global Digital Skills & Training Report: Insights from Corporate Leaders.
Jadi, apa aja skill dan tren pekerjaan lain yang perlu kamu tahu buat tahun depan?
- Analisis Data: Kemampuan buat analisis data jadi makin penting buat ngambil keputusan yang tepat.
- Kreativitas Konten: Meskipun ada AI, kreativitas manusia tetap krusial buat bikin konten yang menarik.
- Video Pendek: Konten video pendek makin dominan di berbagai platform.
- Keberlanjutan: Konsumen makin peduli sama isu keberlanjutan, jadi marketer perlu paham tren ini.
- Privasi Data: Pengetahuan tentang hukum perlindungan data dan solusi tracking tanpa cookie makin penting.
- Pembelajaran Berkelanjutan: Marketing terus berubah cepat, jadi marketer sukses harus terus belajar lewat kursus, sertifikasi, dan update tren industri.
Soft skills Itu Penting Banget
Kemampuan kayak kerja sama tim dan komunikasi makin dihargai. Ini jadi pelengkap keahlian teknis yang udah ada, biar kerjaan makin ciamik.
Jelas banget kalau skill teknis itu penting buat digital marketer. Bahkan sebagai generalis, kamu perlu paham SEO, pake GA4 buat ngambil dan analisis data, serta bikin dan jadwalin post di platform media sosial.
Tapi banyak perusahaan sekarang cari soft skill atau praktis yang mereka anggap ‘tahan lama’ dan penting buat pertumbuhan bisnis – terutama karena AI bisa ngambil alih tugas yang lebih repetitif dan dasar.
Faktanya, laporan Global Marketing Jobs Outlook Fall dari LinkedIn nemuin bahwa skill ‘manusia’ terus meningkat pentingnya. Mereka nyebut ‘pemecahan masalah kolaboratif’ sebagai skill marketing teratas tahun ini - naik 138% sejak 2021.
“Buat bikin dampak di bisnis lebih cepat, marketer perlu ningkatin soft skill mereka. Latih diri kamu dalam skill soft dan lebih purposeful tentang itu. Gue pikir itu bakal bantu kamu dapet keunggulan kompetitif,” kata Mischa McInerney.
Tips dari ahli: Buat peluang buat kembangkan soft skill – kayak jadi relawan, pake active listening, cari mentor, ikut kegiatan belajar kayak workshop atau konferensi, atau ambil kursus kayak kepemimpinan dan manajemen atau strategi.
“Tahun 2025 bakal jadi tahun di mana marketer dan pengguna AI keluar dari kotak produktivitas dan mulai eksplorasi kotak pertumbuhan transformasional,” kata Jim Lecinski, Profesor Klinis Pemasaran di Kellogg School of Management.
Refine Skill AI
Paham AI itu udah wajib banget buat marketer modern. Mulai dari eksperimen sama tools baru sampai belajar bareng tim, semuanya penting buat tetap kompetitif.
Survei Language of Effectiveness dari Marketing Week nemuin bahwa:
- 46% marketer udah pake AI buat riset pasar
- 44% pake machine learning buat bikin berbagai aset kampanye
- 44% pake AI buat optimasi kreatif di tengah kampanye
Ini nunjukin betapa luasnya adopsi AI di marketing buat berbagai tugas. Di tahun 2025, kita perlu ningkatin skill itu dan lebih dalam lagi eksplorasi alat yang berguna buat kamu.
Misalnya, kalau ChatGPT bantu mempercepat riset konten, cek konten yang ada, atau bikin outline blog. Kamu bisa eksperimen dengan alat ini dan belajar cara bikin prompt buat optimasi strategi digital marketing kamu.
Ini juga soal memastikan upskilling AI jadi usaha tim. Walaupun kamu punya ahli AI di tim buat tugas yang lebih advanced, penting buat semua orang punya pengetahuan dasar tentang teknologi ini.
“Ada kebutuhan buat semua orang upskill di bisnis supaya adopsi AI jadi lebih luas. Buat perusahaan pake AI sebagai keunggulan kompetitif, semua orang perlu punya level skill, pengetahuan, dan kefasihan dalam terminologi AI tertentu buat adaptasi lebih cepat,” kata Mischa McInerney.
Tips dari ahli: Riset alat dan platform AI yang kamu pake secara rutin atau yang mau kamu mulai pake. Ikuti ahli di LinkedIn, baca blog mendalam, tonton walkthrough dari ahli, atau pertimbangkan buat ambil kursus AI tingkat lanjut.
Marketer Modern: Lebih dari Sekadar Marketing
Buat sukses, marketer harus ngerti aspek keuangan dan strategi bisnis. Dengan begitu, dampak yang mereka buat bakal lebih besar dan terasa.
Marketing sebagai departemen perlu menghasilkan leads, meningkatkan brand awarreness, dan mendorong penjualan.
Semua ini akan berdampak pada bottom line dan pertumbuhan bisnis. Artinya, marketer modern perlu tahu lebih dari sekadar ‘marketing’.
Jim Lecinski percaya penting buat luangin waktu belajar dasar-dasar marketing, tapi juga belajar cara mendorong pertumbuhan bisnis. Kalau kamu terjebak di dunia taktik atau implementasi, itu adalah pekerjaan yang bakal diotomatisasi.
“Marketer perlu mulai paham aspek finansial dari bisnis. Banyak marketer bilang, ‘Gue bukan ahli keuangan, gue marketer.’ Kalau kamu di marketing, kamu perlu paham keuangan. Kamu juga perlu tahu strategi yang bisa mendorong pertumbuhan profit yang bertahap,” kata Jim Lecinski.
Tren Pencarian dan Konten Marketing
Search marketing udah ngalamin perubahan besar dalam beberapa tahun terakhir, dan tahun 2025 nggak bakal beda.
Seiring perubahan cara orang mencari informasi online, Gartner memprediksi bahwa traffic pencarian tradisional bakal turun 25% pada tahun 2026. Ini bakal berdampak besar pada bisnis yang mengandalkan SEO buat nge-rank konten di mesin pencari.
Buat tetap terlihat online, marketer perlu tahu perkembangan search marketing yang perlu diperhatikan dan dimanfaatkan tahun ini:
- Pengaruh AI yang Meningkat: AI makin mendominasi mesin pencari modern, membantu mencocokkan konten dengan kueri pengguna secara lebih tepat).
- Pencarian Suara yang Meningkat: Penggunaan asisten suara terus meningkat, dengan hampir setengah dari semua kueri perangkat mobile dan rumah datang dalam bentuk perintah suara.
- Pencarian Visual dan Video: Orang makin suka gambar dan video buat jelasin topik kompleks dengan cepat. Video SEO jadi bagian penting dari strategi marketing.
- Optimasi untuk Kueri Percakapan: Gunakan heading yang mencerminkan bahasa sehari-hari dan jawab pertanyaan dengan ringkas buat hasil pencarian suara.
Optimasi Pencarian Media Sosial
Pencarian media sosial di platform kayak TikTok dan Instagram makin hype. Jangan lupa tambahin kata kunci yang pas di konten kamu.
Dulu mesin pencari jadi satu-satunya cara buat orang cari informasi online, tapi sekarang konsumen beralih ke platform sosial, terutama Gen Z yang suka TikTok.
“Orang-orang berperilaku berbeda saat mereka mencari kueri di mesin pencari, tapi mereka juga menggunakan lebih banyak platform dalam pencarian mereka. Pencarian sosial jadi hal besar dan orang-orang menggunakan TikTok, Instagram, dan YouTube buat lebih banyak pencarian mereka,” kata Luke O’Leary.
Ada juga peningkatan pencarian percakapan AI generatif yang memungkinkan orang mencari dengan cara mereka berbicara. Misalnya, kamu bisa tanya “di mana gue bisa jalan-jalan sama 2 anak dan anjing di London hari Minggu?” Alih-alih Google memecah kueri itu dan menampilkan banyak informasi, AI Overview bakal nunjukin informasi kunci yang perlu dipertimbangkan dengan tautan buat eksplorasi lebih lanjut.
Tips dari ahli: Kembangkan strategi SEO sosial yang ningkatin konten dan kehadiran kamu di platform dengan mengintegrasikan kata kunci ke profil dan post kamu serta bikin konten berkualitas yang orang mau tautkan dan kunjungi.
Peningkatan Pencarian Suara
Dengan perangkat suara seperti Alexa, optimasi konten buat pencarian suara makin penting biar audiens makin luas.
"51% voice shoppers pake buat riset produk, 22% beli langsung pake suara, dan 17% buat reordering barang" - Connecting with Shoppers in the Age of Choice, Narvar
Dengan banyaknya rumah yang punya perangkat bantu suara kayak Alexa dan Google Home, cara orang pake mereka udah berkembang.
Sekarang bukan cuma buat cari tahu waktu atau musik yang diminta. Konsumen (terutama yang lebih muda) beralih ke pencarian suara buat cari produk dan layanan serta masuk ke percakapan yang mendorong transaksi.
Misalnya, di masa depan pencarian suara bisa bikin orang minta asisten suara buat bikin rencana makan untuk keluarga selama lima hari. Instruksikan buat tetap sederhana, dengan persiapan nggak lebih dari 20 menit per makan. Minta buat bikin kartu resep dengan visual, pesan bahan-bahannya, dan sampai jam 12 siang hari Kamis.
“Itu bener-bener efisien. Kamu dapet semua kartu resep di inbox kamu sebagai ibu yang sibuk. Itu persis yang kamu cari, kenyamanan dan cara belanja tanpa klik,” kata Mischa McInerney, CMO dari Digital Marketing Institute.
Tips dari ahli: Buat brand, ini soal cari cara buat masuk ke pencarian suara. Pikirkan gimana brand bisa jadi bagian dari percakapan. Apakah lewat SEO lokal, kata kunci, atau bikin konten percakapan?
Generative Engine Optimization (GEO)
GEO bantu ningkatin visibilitas konten di hasil pencarian berbasis AI. Ini bakal jadi fokus utama marketer di 2025.
Salah satu perkembangan terbaru dalam search marketing adalah generative engine optimization (GEO), yaitu proses mengoptimalkan konten website kamu buat ningkatin visibilitasnya di hasil pencarian yang didorong AI dari Google AI Overviews, ChatGPT, Perplexity, Copilot, dan Gemini.
Menurut Gartner, 79% konsumen diperkirakan bakal pake pencarian yang ditingkatkan AI dalam setahun ke depan dan 70% udah percaya sama hasil pencarian AI generatif.
“Tahun 2025 adalah tahun di mana marketer harus serius bukan tentang SEO, tapi GEO. Google sekarang ada di antarmuka AI, tapi tentu saja kita juga punya Search GPT dan Perplexity serta banyak pemain lainnya,” kata Luke O’Leary.
Tips dari ahli: Buat beberapa kueri, Google sekarang pake AI generatif di lebih dari 20% hasil pencariannya dan menampilkannya di AI Overviews. Cari tahu apa arti sebenarnya AI Overviews buat pencarian.
Pentingnya Update Konten Lama
Sebagai marketer, kita tahu kalau konten itu bagian penting dari aktivitas kita. Konten bantu kita komunikasi ke target audiens, ceritain kisah yang menarik dan mempengaruhi, dan bisa ubah prospek jadi pelanggan setia.
Gampang buat bikin konten, tapi lebih susah buat bikin konten yang bener-bener resonate sama audiens. Juga, dengan banyaknya channel di luar sana, penting buat pake konten yang tepat di waktu yang tepat ke orang yang tepat.
Jadi, apa aja tren content marketing yang harus dimanfaatkan di tahun 2025? Banyak marketer dan perusahaan bingung kenapa konten mereka nggak performa seperti dulu. Bisa jadi aset top-performing kehilangan daya tarik atau nggak dapet banyak klik dari hasil pencarian. Atau mungkin orang-orang nggak engage dengan cara yang sama.
Solusinya bukan dengan mengabaikan dan bikin konten baru, tapi dengan merevitalisasi konten yang ada supaya lebih up-to-date atau relevan. Riset dari Neil Patel nemuin bahwa mengupdate konten bisa ningkatin traffic hingga 106%.
Menyegarkan konten lama bisa ningkatin trafik secara signifikan. Tambahin data baru, infografis, atau elemen visual lainnya biar makin fresh.
“Kamu harus terus merevitalisasi konten dengan informasi baru, menjaga kesegarannya, atau di tahap yang lebih besar, menambahkan elemen seiring perilaku web yang berkembang,” kata Luke O’Leary.
“Satu hal yang kita lihat dengan TikTokification dari web adalah orang-orang mengharapkan konten yang lebih merangsang, menambahkan lebih banyak gambar kaya, infografis, dan konten video untuk melengkapi teks yang mereka baca jadi sangat penting.”
Tips dari ahli: Lakukan audit konten untuk melihat konten mana yang performanya menurun, dan tandai untuk diupdate. Coba sertakan data asli seperti survei atau riset, karena ini meningkatkan otoritas kamu dan disukai oleh Google dan lainnya dalam pencarian.
Human + AI Content Collaboration
Kombinasi konten manusia dan AI menghasilkan kualitas tinggi yang nggak cuma menarik tapi juga disukai algoritma mesin pencari.
Dengan paham tren ini, kamu bisa maksimalin peluang di dunia pemasaran digital yang terus berkembang di 2025. Jangan tunggu lama, langsung action sekarang biar jadi yang terdepan!
Dilarang mengambil isi artikel ini untuk tujuan apapun, kecuali sebagai referensi untuk karya tulis ilmiah seperti skripsi, dll. Follow saya di TikTok @dafideff dan Instagram @dafideff. Atau subscribe channel Youtube saya Channel Youtube Dafi Deff
0 Response to "Tren Digital Marketing 2025: Siap-siap Jadi yang Terdepan!"
Post a Comment